"Gue nggak yakin sih kalo lo adalah cowok yang bisa settle down ..."
Saya berusaha mencerna kalimat itu sedemikian rupa, yang dikeluarkan oleh seorang teman (yang baru beberapa minggu berkenalan) di tahun ini. Saya menatapnya, sedikit tersinggung dan bertanya kembali, "Maksud lo?" Dan dia pun menjawab dengan enteng, "Iya, lo kan selalu jalan-jalan dan lompat dari satu tempat ke tempat lainnya." Saya pun lalu terdiam. Terdiam bukan karena saya setuju dengan pendapatnya, tetapi terdiam karena saya kemudian mencoba mencerna apa yang menjadi definisi dari "settle down" di dalam benaknya.
Settle down means ...
"To begin to live a quiet and steady life by getting a regular job, getting married, etc."
Beberapa dari kita menganggap bahwa urusan "settle down" ini adalah urusan menetap di satu posisi di dalam kehidupan yaitu memiliki pekerjaan yang tetap, puas akan kehidupan yang sedang dijalani (dan termasuk juga gaya hidupnya) serta menghindari untuk mendapatkan hal yang lebih di dalam hidup.
Saya justru punya pemikiran yang berbeda bahwa urusan settle down ini lebih dari sekadar menetap di satu fase kehidupan, yang kemudian membuat saya tidak bisa melihat dunia (dengan cara traveling atau berkenalan dengan orang-orang baru). Bagi saya, settle down ini berkaitan dengan pemikiran tentang the contentment of life atau betapa kita merasa bahwa selalu ada kata 'cukup' di dalam setiap lini kehidupan yang kita jalani. Tingkat kepuasan akan hidup sudah berada di dalam taraf yang maksimal, dan ini pun memang berbeda-beda setiap orang.
Jadi bagaimana?
Settle down means you do not crave for something that does not have a significant additional value in your life. and you fully accept your life! Being content. Ini adalah definisi sesungguhnya dari makna settle down. Makna ini jauh dari sekadar "tidak lagi party-party", "tidak lagi traveling", "tidak lagi menonton konser musik setiap minggu", "tidak lagi belanja barang-barang yang diinginkan" "tidak lagi bertemu dengan orang baru" atau kegiatan lain yang dilakukan untuk mengisi akhir pekan selain tidur, bermain game atau sosial media.
Namun, seringkali makna settle down ini terkesan lekat dengan urusan materialisme dan bagaimana cara untuk menjadi bahagia setiap harinya. Misalnya, urusan settle down dikaitkan dengan urusan belanja atau makan di tempat mahal. Ini adalah hal yang salah. Settle down berarti memahami sepenuhnya bahwa materi memiliki nilai yang tidak sedemikian signifikannya untuk membuat hidup menjadi lebih bahagia. Contoh sederhananya adalah, merupakan suatu yang salah jika prasyarat untuk bisa bahagia sepenuhnya, seseorang harus makan di tempat yang sekali makan lebih dari dua ratus ribu Rupiah dan makan di warung tegal ternyata tidak membuat bahagia. Lebih jauh, saat bahagia hanya diukur ketika bisa jalan-jalan, ini juga kurang tepat.
Berkata bahwa "gue siap untuk settle down" berarti mengakui bahwa kadar kebahagiaan kita tidak berkurang ketika kita menerima kurang secara signifikan dari apa yang kita inginkan, yang mana apa yang kita inginkan tersebut adalah hal yang memang dapat kita capai. Kita tidak lagi memiliki hasrat untuk hidup yang lebih karena kita sudah merasa cukup dengan apa yang kita miliki sekarang.
Mari berpikir untuk hidup cukup dan settle down!
Selamat berakhir pekan!